Guys, I’m back now. Setelah
sekian lama menghilang di balik indahnya malam, kali ini aku akan bercerita
sedikit tentang kisah cinta seseorang yang mungkin akan menjadi sebuah debu
yang ditiup angin malam. Tak perlu menunggu lama, tiraipun dibuka. TADAAAAA!!!!!!!!!!!!
Selamat menikmati ~
Anne, seorang wanita dengan dress
putih berbaur hijau toska berjalan layaknya setrika yang menahan mangsa dengan
dorongan dan tarikan sekaligus. Gadis berambut pirang se siku tersebut menatap
jauh ke atas awan, tinggi..
Seraya melihat jam keemasannya, Anne sesekali menceloteh memaju
mundurkan bibir mungilnya menahan emosi yang hampir terbendung. “Dimana wanita
itu?! Lama sekali, membuat jantungku semakin berdegup kencang saja.” Anne
berbicara layaknya seorang putri raja, menaikkan nada satu oktaf dalam setiap
kata-nya.
“Hi unyu girl!” seorang wanita
berkulit kuning langsat muncul dari belakang Anne, mengejutkan wanita berparas
Chinese tersebut dengan sekali dorongan jahil. “Hei! Apa yang kau lakukan?
Ingin membuat jantungku lepas as soon as possible?” Anne melipat kedua
tangannya di depan dada seraya menatap wanita tersebut tajam.
“Maafkan aku, hanya bercanda!”
wanita bermata hazel tersebut merangkul Anne kuat. Mencubit pipi ‘chubby’ Anne
dengan penuh kegelian, “Kau sungguh chubby, Kawan. Lama tak bertemu, apa
kabar?” wanita itu tersenyum mengarahkan telapak tangannya lembut.
“Kau masih saja seperti yang
dulu, tak ada perubahan. Ha-ha. Kabarku? Tidakkah kau lihat aku sekarang?
Bertambah cantik, bukan? Baik, aku baik-baik saja Lau.” Anne menjabat tangan
wanita yang disapa ‘Lau’ tersebut ramah.
“Dan kau bertambah gemuk, Anne.
Kurasa kerjamu hanya makan dan tidur, right?” wanita itu tertawa seraya menatap
Anne tak percaya, “Tapi kau juga bertambah cantik.” Wanita berparas ke-Amerikaan
tersebut menatap Anne semakin tak percaya.
“Benarkah? Terima kasih, Lau.”
Anne tersipu seraya menggaruk tengkuknya perlahan, “Dimana aku dapat menemukan
tempat tinggal? Harap maklum, orang baru ha-ha-ha.” Anne menatap Laudy penuh
ketidakpastian seraya menggenggam tangannya erat.
“Kau bisa tidur di apartemenku,
Anne. Kita bisa tidur bersama, berbagi cerita bersama, nonton film bersama,
menangis bersama. Apartemenku luas, jadi jangan takut!” Laudy meyakinkan Anne
seraya memutar bola matanya perlahan.
“Baiklah, kau ingin aku ceritakan sedikit tentang Venice? Karena kau
disini sendirian, juga untuk belajar sebagai murid SMA, apa salahnya jika kau
kuberitahu sedikit tentang asal mula kota ini?” Laudy berlagak layaknya
petinggi Negara.
“Hmm, kelihatannya cukup seru. Baiklah, ceritakan!”
***
“Aku tak
tau kalau Venice seindah ini. Semenjak tamat Sekolah Dasar di Indonesia, aku
tak pernah melihatmu lagi, Laudy. Sungguh bodoh, tak pernah tau keadaan di luar
Indonesia!” Anne terdiam menatap kedepan.
Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku merindukanmu..
“Ha-ha-ha, benarkah?” Laudy
menghentikan pembicaraan, menatap Anne penuh harap, “Oh iya, Anne. Aku ingin
mengenalkanmu pada seseorang. Maukah? Kalian bisa dekat, bahkan mungkin cocok!”
Raut wajah Laudy berubah seketika, terlihat harapan yang amat besar. “Hah,
benarkah? Aku tak mau! Jangan membuatku risih dengan cara seperti itu, Laudy..”
Anne terbangun dari lamunannya, menatap Laudy penuh tanda tanya.
“Ayolah, Anne. Tak bisakah kau melihatku merasa bangga dengan apa yang
kulakukan?” Laudy membenamkan wajah di balik telapak tangannya. Wajahnya murung
seketika, tak menyunggingkan senyum sedikitpun.
“Hei, jangan bermain seperti
ini! Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Tidakkah kau membantuku untuk
bertemu dengan lelaki yang ingin kau kenalkan padaku?”Anne tersenyum menghibur
Laudy seraya menepuk punggung Laudy pelan.
“Benarkah?” wajah Laudy berubah
konyol seketika. Wanita bermata biru tersebut menerbitkan segaris senyum bangga
yang dipamerkannya, “Baiklah, ikut aku!” Laudy menarik tangan Anne keras seraya
berlari mengikuti arus.
Tidakkah kau tau? Aku..
***
Mau tau kelanjutan kisahnya? Don't stop looking at us! Stay on this blog and you will know what is the answer!
Thanks, xoxo :)
No comments:
Post a Comment